Rabu, 24 Desember 2008

Kecewa kepada Eropa, Georgia Lirik Rusia


Rabu, 24 Desember 2008 | 03:06 WIB

Moskwa, Selasa - Rusia diam-diam telah melakukan pembicaraan-pembicaraan rahasia dengan Georgia melalui penghubung untuk memulihkan kembali penerbangan langsung di antara kedua negara dan hubungan diplomatik. Ini adalah langkah baru setelah terjadi perang di antara kedua pihak, Agustus lalu.

Harian Rusia, Kommersant, Selasa (23/12), memberitakan, tokoh kunci yang menengahi hubungan Rusia dan Georgia itu adalah Mikhail Khubutia, Ketua Persatuan Rakyat Georgia di Rusia. Ia telah bertemu dengan Presiden Georgia Mikhail Saakashvili pada 21 November di Muenchen, Jerman.

”Saya berbicara belum lama ini dengan Saakashvili. Kami mendiskusikan soal pemulihan penerbangan antara Georgia dan Rusia serta hubungan diplomatik,” ungkap Khubutia. Ia tidak mau mengonfirmasikan tanggal pertemuan dengan Saakashvili itu. Juga tidak disebutkan apakah ada pejabat Rusia yang ikut pada pertemuan tersebut.

Kecewa kepada Eropa

Khubutia melanjutkan, ”Dia tampak kecewa karena Georgia tidak diberi sebuah rencana aksi bagi keanggotaannya di NATO dan tidak menerima dukungan yang dibutuhkan dari Eropa.”

Khubutia menguraikan, Presiden Georgia memahami bahwa dialog diperlukan dengan Rusia. Rusia juga harus menunjukkan dirinya bijak dan mau membantu dia. ”Pekerjaan masih terus dilakukan. Mari kita lihat apa yang terjadi,” katanya.

Meski demikian, pembicaraan mengenai perbaikan kembali hubungan akan menjadi titik balik terbesar di tengah perang kata- kata antara Moskwa dan Tbilisi pascakonflik pada Agustus lalu terkait warga di wilayah Georgia yang ingin memisahkan diri, yaitu Ossetia Selatan dan Abkhazia.

Pihak kepresidenan Georgia menolak berkomentar atas laporan itu. Akan tetapi, anggota parlemen berpengaruh dari Partai Gerakan Persatuan Nasional yang berkuasa, Giorgi Kandelaki, mengatakan hal itu sebagai ”desas- desus tak berdasar”.

”Adalah tidak mungkin mengembalikan hubungan diplomatik dengan Rusia saat mereka menduduki wilayah Georgia yang bersejarah, melakukan pembersihan etnis di sana terhadap warga Georgia, dan berusaha menggulingkan Pemerintah Georgia yang sah melalui intervensi militer,” ungkapnya. (AP/AFP/OKI)

Tidak ada komentar: