Selasa, 09 Desember 2008

30 Tahun Reformasi Cina


Beijing, Minggu - China memperingati 30 tahun berlangsungnya reformasi dan keterbukaan ekonomi pada bulan ini. Reformasi itu telah membuat China bertumbuh sangat pesat sekaligus memperkuat kekuatan diplomatiknya. Selain itu, reformasi juga mengubah masyarakat tanpa merusak monopoli Partai Komunis.

Reformasi dan keterbukaan China diumumkan saat Sidang Pleno Ketiga pada Desember 1978. Partai Komunis China di bawah Deng Xiaoping meratifikasi reformasi ekonomi yang secara radikal telah meningkatkan standar kehidupan warga.

Pada saat itu China bangkit dari Revolusi Kebudayaan, sebuah masa yang penuh dengan kekerasan politik dan budaya yang diluncurkan oleh Mao Zedong.

Revolusi baru yang dibawa Deng berawal dari pedesaan. Pemerintah tidak lagi menjadikan kepemilikan lahan secara kolektif dan komune-komune menghilang. Gerakan ini dengan cepat merambah ke kota.

Deng juga memilih Shanghai sebagai kelinci percobaan dari reformasi ekonomi. ”Ide ini sangat orisinal. Mereka membuat percobaan kecil, mengabaikan segala macam dogma,” ujar Jean-Francois Di Meglio, Wakil Presiden Asia Center.

Pada saat yang sama, Shenzhen masih merupakan desa nelayan, yang kemudian bersama Zhuhai, Shantou, dan Xiamen menjadi zona ekonomi khusus pertama China. Perekonomian China yang awalnya dijalankan berdasarkan sistem perlahan-lahan menerapkan mekanisme pasar.

Deng meluncurkan Empat Modernisasi, yaitu industri, pertanian, riset, dan pertahanan. Tahun 1992 Deng juga mengatakan bahwa menjadi kaya adalah mulia. Ini adalah sesuatu yang tabu dibicarakan sebelumnya. Para orang kaya baru di China juga berterima kasih pada ekonomi pasar-sosialis. Begitu mereka menyebut sistem ekonominya.

Kesenjangan

Perekonomian bertumbuh pesat, tetapi tidak merata. ”Secara keseluruhan, sebagian besar orang menyatakan bahwa tingkat kehidupannya meningkat dalam 30 tahun reformasi. Hal ini juga memungkinkan mobilitas sosial. Namun, ada juga kesenjangan sosial yang sangat besar,” ujar Jean- Louis Rocca, peneliti pada Universitas Tsinghua, Beijing.

Jarak antara kota dan desa semakin lebar, korupsi menjadi endemi, dan lingkungan dikorbankan demi pembangunan. Partai tidak lagi menjamin kesejahteraan warga, seperti pekerjaan seumur hidup, jaminan sosial, perumahan, dan pendidikan.

”Tahun 2008 menandai permulaan dari periode ketiga reformasi. Ada kemungkinan pertumbuhan ekonomi China melemah. China akan kembali memfokuskan diri pada masalah sosial,” ujar Di Meglio. (AFP/joe)

Tidak ada komentar: