Rabu, 24 Desember 2008

Perdagangan Senjata Gelap


Bout, Si "Pedagang Kematian"
Rabu, 24 Desember 2008 | 03:06 WIB

Nama Viktor Bout sebagai pedagang gelap berbagai jenis senjata semula hanya dikenal kalangan sangat terbatas. Namun, sejak ditangkap di Bangkok, Thailand, kemudian disidangkan di negara itu untuk kemungkinan diekstradisi ke Amerika Serikat, orang yang diberi sebutan ”Pedagang Kematian” atau ”Penguasa Perang” itu menjadi terkenal di seluruh dunia.

Tak banyak yang tahu, film Lord of War yang dibintangi Nicolas Cage adalah ”saduran lepas” dari kisah hidup Bout.

Untuk sementara, Bout yang menolak keras diekstradisi ke AS masih akan berada di Thailand setelah, Selasa (23/12), pengadilan Thailand menunda sidang ekstradisi atas pebisnis asal Rusia itu, setelah dua saksi pembelanya gagal muncul di pengadilan. Sidang atas Bout dijadwalkan baru akan dilaksanakan lagi pada 6 Maret 2009.

Tidak banyak yang tahu kehidupan pribadi Bout. Lima paspor yang dimilikinya, seperti ditulis harian Inggris, Guardian, menunjukkan dia lahir di Dushanbe, Tajikistan, pada 1967. Dia putra seorang akuntan dan mekanik mobil. Dia lulus dari Institut Militer Uni Soviet untuk bahasa-bahasa asing, yang menyuplai banyak lulusannya ke badan intelijen militer Soviet.

Bout yang ditangkap pada Maret 2008 pernah mencapai pangkat letnan atau mayor ketika Uni Soviet runtuh. Dia lalu melihat ada peluang bisnis yang besar di balik runtuhnya Uni Soviet. Ratusan pesawat militer dibiarkan parkir di landasan-landasan pacu lapangan udara karena ketiadaan suku cadang dan bahan bakar pesawat. Begitu juga jutaan persenjataan, peluru, granat, dan roket dibiarkan begitu saja tanpa penjagaan yang ketat. Dia tahu, ada banyak sekali konsumen yang membutuhkan barang-barang itu di tengah dunia yang terpecah belah dan tanpa hukum.

Jaksa penuntut AS mengatakan, Bout yang ditangkap melalui operasi rahasia AS telah melakukan penyelundupan senjata sejak 1990. Dengan menggunakan armada pesawat barang, dia telah mengirimkan persenjataan ke Afrika, Amerika Selatan, dan Timur Tengah.

Menurut PBB dan Departemen Keuangan AS, Bout telah menjual atau memperantarai penjualan senjata yang membantu pecahnya perang di Afganistan, Angola, Rwanda, Sierra Leone, dan Sudan.

Bukan satu-satunya

Guardian mengungkapkan, Bout bukanlah satu-satunya bekas perwira Tentara Merah yang berupaya menjual persenjataan kepada para pembeli eks Soviet. Bout hanya melakukannya lebih baik sehingga dia menjadi seorang pedagang yang sukses.

Dia memiliki sebuah pesawat pengangkut militer kecil yang membuatnya bisa mengirimkan dagangannya dengan cepat kepada pembeli tanpa melalui perantara. Dia juga berhasil menguasai jalur ke persenjataan yang lebih canggih, seperti senapan dan teropong untuk penembakan jitu serta peluru kendali.

Bout juga tidak pilih-pilih pembeli. Di suatu negara yang tengah terjadi konflik, dia bisa menjual persenjataan kepada kedua pihak yang tengah berkonflik tersebut.

Setelah terjadinya serangan 11 September 2001, Bout berpindah haluan dengan mengirimkan persenjataan untuk Pentagon di Afganistan dan Irak meskipun Presiden George W Bush telah menandatangani sebuah surat perintah khusus yang melarang berbisnis dengannya.

Wilayah abu-abu terkait hubungan bisnisnya dengan unsur-unsur dalam pemerintahan AS itu akan membuat proses hukum AS terhadapnya akan sangat menarik. (AP/AFP/OKI)

Tidak ada komentar: