Selasa, 16 Desember 2008

Abhisit Jadi PM Thailand


Kelompok Pro-Thaksin Gantian Melakukan Aksi Protes

EPA/RUNGROJ YONGRIT / Kompas Images
Perdana menteri Thailand yang baru, Abhisit Vejjajiva (kiri, duduk), memberikan salam kepada anggota parlemen pendukungnya di Bangkok, Senin (15/12). Parlemen memilih pemimpin Partai Demokrat ini sebagai PM Thailand ke-27.

Bangkok, senin - Pemimpin oposisi Thailand, Abhisit Vejjajiva (44), terpilih sebagai perdana menteri Thailand yang baru, Senin (15/14) di Bangkok. Abhisit memperoleh 235 suara anggota parlemen. Terpilihnya Abhisit diharapkan bisa meredakan krisis politik Thailand, setidaknya untuk sementara waktu.

Lawan Abhisit dari Partai Puea Thai, Pracha Promnok, memperoleh 198 suara. Dengan demikian, Abhisit akan memimpin pemerintahan dengan mayoritas tipis dalam koalisi yang lemah.

Abhisit merupakan PM ketiga dalam empat bulan terakhir. Dia juga PM pertama dari Partai Demokrat dalam delapan tahun terakhir.

”Saya berterima kasih kepada semua anggota parlemen yang memilih saya. Akan tetapi, saya tidak akan berbicara soal sikap politik sebelum persetujuan kerajaan dikeluarkan,” kata Abhisit.

Otoritas mengatakan, persetujuan dari Raja Bhumibol Adulyadej untuk meresmikan jabatan PM akan diberikan Selasa ini.

Abhisit, Minggu, menuturkan, jika terpilih, pemerintahannya akan fokus pada harmoni nasional dan isu ekonomi. Perekonomian Thailand mengalami perlambatan karena krisis politik dalam negeri dan krisis finansial global.

Penyusunan daftar anggota kabinet, menurut Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Suthep Tuagsuban, diperkirakan selesai pekan depan. Suthep yakin pemerintahan akan stabil walaupun hanya dengan mayoritas tipis.

Didukung militer

Namun, Abhisit sudah menghadapi penolakan dari pendukung rivalnya. Sekitar 100 pendukung pemerintahan lama yang promantan PM Thaksin Shinawatra menggelar protes di depan gedung parlemen.

Mereka melempari pintu gerbang gedung parlemen dengan barikade pagar besi guna mencegah anggota parlemen meninggalkan gedung. Mereka juga melempari mobil anggota parlemen yang membelot mendukung oposisi.

Sebanyak empat dari enam mantan anggota koalisi partai berkuasa membelot dan memberikan dukungan kepada Abhisit.

Kelompok pro-Thaksin menuding militer berada di balik pembelotan itu. Tudingan tersebut dibantah pihak militer.

Dukungan Abhisit, yang diperoleh dari partai-partai kecil dan faksi yang membelot, bisa hilang saat pemilu sela pada 11 Januari 2009. Pemilu sela digelar untuk memilih pengganti 29 anggota parlemen yang diberhentikan atas perintah pengadilan.

Pakar ilmu politik dari Sukothai University, Thawee Suraritikul, mengatakan, Partai Demokrat pimpinan Abhisit akan menghadapi koalisi yang gamang dan mayoritas tipis. ”Tiga bulan pertama akan menjadi periode krusial. Ada banyak persoalan menanti, seperti ekonomi dan pembagian kekuasaan di antara mitra koalisi,” kata Thawee.

Terberat

Sukhum Nuansakul, pakar ilmu politik dari Ramkhamhaeng University, mengatakan, ada harapan dari banyak orang tentang pulihnya stabilitas politik Thailand dengan terpilihnya Abhisit. ”Tampaknya harapan ini tidak akan bertahan lama,” kata Sukhum.

”Persoalan fundamental belum terpecahkan. Kemenangan Partai Demokrat hanya membuka jalan bagi protes jalanan lainnya, kali ini oleh kelompok pro-Thaksin,” katanya.

Panithan Wattanayagorn, analis politik dari Chulalongkorn University, menilai, Abhisit akan menghadapi kepemimpinan paling berat di Thailand. ”Kualitas kepemimpinannya belum teruji. Dia tidak memiliki solusi jelas (soal krisis politik). Banyak orang tidak sabar soal itu, terutama saat opini publik sangat ekstrem di kedua kubu,” ujarnya.

”Ini adalah kelemahan dia (Abhisit). Kurangnya ketegasan dan kejelasan posisi politik bisa berbalik melawannya dengan cepat,” kata Panithan.(ap/afp/reuters/fro)

Tidak ada komentar: