Kamis, 18 Desember 2008

Klan Kennedy dan Nepotisme

alau pada akhirnya Caroline Bouvier Kennedy terpilih menjadi Senator New York, sejarah politik Dinasti Kennedy masih akan berlanjut.

Caroline Kennedy menginginkan kursi senator yang akan ditinggalkan Hillary Clinton yang akan menjabat sebagai Menteri Luar Negeri dalam kabinet Obama. Pesaing kuatnya adalah Jaksa Agung Andrew Cuomo, yang juga mewarisi dinasti politik New York— ayahnya, Mario Cuomo, pernah menjadi gubernur.

Keputusan siapa yang menggantikan Hillary Clinton ada di tangan Gubernur New York David Paterson. Dialah satu-satunya yang memiliki otoritas untuk menunjuk pengganti Hillary Clinton.

Saat ini, kehadiran Dinasti Kennedy di panggung politik diwakili Edward Moore Kennedy atau Ted Kennedy yang menjadi Senator (Massachusetts). Ted yang sudah menjadi senator sejak 1962—sering disebut sebagai ”Tsar”-nya para anggota Kongres, sangat berwibawa dan berkarisma—kini menderita tumor otak.

Ted pula yang mempertahankan ”tradisi” Kennedy bertahan di Senat selama setengah abad. Sementara anak Ted Kennedy, Patrick Joseph Kennedy, menjadi anggota Majelis Rendah dari Rhode Island.

Keinginan Caroline Kennedy, putra kedua mantan presiden ke-35 AS, JF Kennedy, untuk menjadi anggota Senat itu segera menarik perhatian media di AS. Apakah hanya dengan membawa nama ”Kennedy” cukup untuk menjadi senator? Apakah di negara yang tidak mengenal aristokrasi, dinasti politik seperti itu masih perlu?

Wajar kalau muncul pertanyaan seperti itu. Selama ini Caroline Kennedy lebih dikenal sebagai ahli hukum yang senang menulis puisi dan buku-kuku kewarganegaraan ketimbang di dunia politik. Apakah itu bukan nepotisme seperti yang terjadi di negeri ini, Indonesia?

Harus diingat, nama ”Kennedy” masih bergaung begitu keras di AS dan karismanya juga kuat. Ayah dan pamannya, Robert F Kennedy, tewas dibunuh. Adik lelakinya tewas dalam kecelakaan pesawat.

Nepotisme politik secara sederhana dapat diartikan sebagai pemberian perlakuan istimewa kepada keluarga sendiri dalam posisi kekuasaan politik tertentu. Nepotisme tak hanya menafikan penjenjangan karier politik atas dasar prestasi, kapabilitas, dan rekam jejak dalam perekrutan politik, tetapi bersifat antidemokrasi.

Rasanya Kennedy tidaklah demikian. Mereka tidak sekadar memiliki reputasi, rekam jejak, dan kapabilitas, tetapi juga sebagian memiliki latar belakang pendidikan bidang politik atau hukum yang memadai. Jadi, kalaupun terbentuk ”dinasti politik” atas dasar garis darah, citra publik mereka cenderung positif dan diterima publik.

Tidak ada komentar: