Sabtu, 13 Desember 2008

Siapa Lagi Setelah "Chicago Tribune"


Tribune Co menjadi penerbit surat kabar besar Amerika Serikat pertama yang menyatakan diri bangkrut. Dengan utang 13 miliar dollar AS atau Rp 156 triliun, perusahaan yang menerbitkan Chicago Tribune ini tak mampu lagi memenuhi kewajiban. Semua ini juga tidak lepas dari penghasilan iklan yang terus merosot.

Krisis keuangan menjadi penyebab penurunan pendapatan iklan. Krisis ternyata masih terus berlanjut. Pertanyaan yang ada, apa surat kabar AS berikutnya yang akan mengikuti jejak Chicago Tribune? Turunnya penerimaan dari iklan membuat kewajiban membayar utang banyak media AS terganggu. Analis, Selasa (9/12), menegaskan, banyak penerbit mulai berniat menjual media mereka. Ini pilihan terbaik ketimbang bangkrut.

Penerimaan iklan yang turun praktis melanda semua surat kabar dan media masa lainnya di AS. Jumlah pembaca juga mulai beralih ke internet. Konsumen dan pemasang iklan juga menangguhkan pemasangan iklan karena resesi ekonomi. Sekalipun banyak surat kabar yang masih meraih untung, mereka kini harus ekstra ketat menghitung arus kas untuk pembayaran bunga dan cicilan utang.

Tribune Co, yang juga pemilik The Los Angeles Times, The Sun of Baltimore, beberapa harian lainnya, Chicago Cubs, serta sejumlah stasiun radio, sudah terbiasa dengan utang besar.

Tribune Co punya kewajiban membayar utang 593 juta dollar AS pada bulan Juni. Penerbitan ini tadinya berupaya memperoleh likuiditas dengan menjual Chicago Cubs dan aset sport lainnya. Namun, langkah ini tidak mudah di tengah pasar yang ketat. ”Ini kasus yang ekstrem,” ujar Rick Edmonds, analis media pada Institut Poynter, di St Petersburg, Florida.

Sebenarnya, jauh sebelum Tribune Co mengajukan status bangkrut ke Pengadilan Delaware, Senin lalu, penerbit Journal Register Co juga mempertimbangkan status bangkrut. Dengan utang hampir 650 juta dollar AS, penerbit The New Haven Register (Connecticut) dan sejumlah harian ini kini diawasi ketat oleh para kreditor dengan batas akhir 16 Januari; batas akhir perusahaan ini harus menyelesaikan kewajibannya.

Bulan lalu The Yardley yang berbasis di Pennsylvania mengatakan, mereka akan menutup The Herald of New Britain dan The Bristol Press di Connecticut jika belum mendapat pembeli sampai 12 Januari. Mingguan Eleven Connecticut juga ditawarkan di pasar. Surat kabar di Michigan dan Philadelphia juga dijual sekalipun tidak merinci kondisinya.

Gagal bayar utang

Sejumlah perusahaan surat kabar juga gagal membayar kewajiban. The Star Tribune dari Minneapolis, September lalu, gagal membayar utang perkuartalan sebesar 9 juta dollar AS. Saat bersamaan, grup investasi pemilik The Philadelphia Inquirer dan The Philadelphia Daily News gagal membayar bunga utang. Kreditor harus mengadakan penjadwalan kembali.

Jaringan media seperti Freedom Communications Inc, yang memiliki The Orange County Register di California selatan, dan Media General Inc, yang menerbitkan Richmond Times- Dispatch di Virginia, juga sedang merundingkan kembali kewajiban utangnya. Jika perundingan ini gagal, secara teknis perusahaan ini bangkrut.

Morris Publishing Group LLC, yang menerbitkan The Florida Times-Union dan 12 harian lainnya, bulan Oktober lalu mengaku sukses dalam penjadwalan kembali utang. Hanya saja, persyaratan baru yang ada membuat Morris dalam tekanan menjual asetnya untuk bisa memperoleh likuiditas. Kecuali perusahaan ini menemukan investor baru.

Mike Simonton, analis surat berharga pada perusahaan pemeringkat Fitch, mengemukakan, sangat sulit menemukan pembeli di pasar yang lesu saat ini. Perundingan harus dilanjutkan untuk mendapat mitra strategis.

Pihak Morris dan Media Generals sejauh ini menolak berkomentar. Faktanya, perusahaan ini menjual stasiun radio untuk mendapat dana pembayaran utang sebesar 750 juta dollar AS per 30 September. Jumlah ini turun dari hampir 900 juta dollar AS pada awal tahun.

McClatchy, AH Belo Corp, dan Lee Enterprises Inc termasuk perusahaan penerbitan yang sukses menjadwalkan kembali utangnya. Penjadwalan kembali ini penting, khususnya untuk McClatchy yang berutang tahun 2006 untuk membeli grup surat kabar Knight Ridder. Knight Ridder merupakan salah satu grup penerbitan terbesar AS, pemilik The Sacramento Bee (California) dan The Miami Herald.

McClatchy Co bulan September lalu menyetujui penjadwalan kembali utang selama dua tahun untuk kewajiban utang sebesar 2 miliar dollar AS. ”Memberikan ruang,” ujar Pemimpin Eksekutif McClatchy Gary Pruitt, Selasa. Pruitt mengaku ”sedih” dengan status bangkrut Tribune.

Gannett Co, yang mempunyai utang 4 miliar dollar AS, masih cukup aman karena memiliki media populer, USA Today, satu dari sedikit media cetak dengan sirkulasi yang relatif stabil. Dave Novosel, analis surat berharga dari Gimme Credit, mengatakan, Gannett lebih baik daripada Tribune Co karena utang yang lebih kecil dan kas masuk yang baik.

Penerbitan lainnya yang kinerjanya bagus adalah The New York Times Co, yang punya surat kabar online nomor satu. New York Times Co punya kredit 400 juta dollar AS yang berakhir tahun depan.

Kebangkrutan Tribune Co jelas akan berdampak buruk bagi industri penerbitan. Mereka akan kian sulit memperoleh kredit baru. Kalau ada, biayanya akan semakin mahal. Kreditor juga akan menerapkan persyaratan yang lebih ketat dalam perundingan penjadwalan utang dengan perusahaan penerbitan. Kemungkinan perusahaan penerbitan bangkrut semakin terbuka. Soalnya, resesi dan krisis keuangan AS belum segera berakhir. (Reuters/AP/AFP/ppg)

Tidak ada komentar: