Rabu, 03 Desember 2008

Hillary Memesona Dunia


Obama "Mengubah Senjata Menjadi Keju"
Rabu, 3 Desember 2008 | 00:55 WIB

Paris, Selasa - Perasaan damai dan bahagia masih terus bermunculan dari tindakan presiden AS terpilih, Barack Obama. Pilihannya pada Hillary Rodham Clinton sebagai Menteri Luar Negeri AS memesona dunia. Bermunculan ucapan bahagia dan perasaan bersahabat dari para tokoh internasional dan think-tank global.

Pilihan Obama pada Hillary melengkapi keinginan untuk membentuk ”tim rival”, tim yang juga merangkul ”musuh”. Hillary pernah menyindir Obama dengan mengatakan, ”Gedung Putih bukan untuk tempat pelatihan.” Hillary mengatakan itu untuk menyindir Obama yang dia anggap tidak berpengalaman. Namun, Obama menunjuk Hillary sebagai Menlu dan disambut.

”Saya selalu sangat bangga kepada Hillary dan ingin bekerja sama memperkuat hubungan bilateral,” kata Presiden Filipina Gloria Macapagal-Arroyo, Selasa (2/12), saat menghadiri seminar di Hongkong, yang juga dihadiri mantan Presiden AS Bill Clinton. Presiden Arroyo dan Clinton adalah teman kuliah di Georgetown University, Washington.

Menlu China Yang Jiechi menyetujui ucapan Arroyo itu seraya memberikan ucapan selamat kepada Hillary. Menlu Jepang Hirofumi Nakasone mengatakan, ”Saya sangat berharap kedua negara bisa meningkatkan hubungan bilateral yang lebih baik.”

Menlu Inggris David Miliband melukiskan Hillary sebagai ”memiliki karakter jelas dan figur yang menghindari fatalisme”.

Menlu AS Condoleezza Rice, yang segera digantikan oleh Hillary, pun mengatakan, ”Dia adalah seorang yang percaya upaya kemanusiaan dapat menghasilkan sebuah perubahan.”

Akan hadapi cobaan

Menlu Perancis Bernard Kouchner mengatakan ”siap bekerja sama dengan Hillary sebagai bagian dari upaya memperkuat hubungan trans-Atlantik”.

Pilihan Obama mempertahankan Menteri Pertahanan Robert Gates juga dianggap sebagai keinginan untuk mengubah senjata menjadi keju.

Pilihan Obama pada pensiunan jenderal Jim Jones, yang kaya pengalaman militer, sebagai Penasihat Keamanan Nasional juga dianggap sebagai pilihan yang bagus. ”Ini merefleksikan keinginan memperkuat pertahanan,” kata Stephen Biddle, pakar dari Council on Foreign Relations.

Michael O’Hanlon, pakar dari Brookings Institution, mengatakan, ada kemungkinan Rusia dan Iran akan menguji kebijakan luar negeri Obama.

”Namun, Obama ingin menegaskan, dia tak mau dipermainkan,” kata O’Hanlon tentang makna pilihan Obama terhadap Jones, yang dianggap bisa menjinakkan musuh saat keadaan sulit, tetapi diam-diam akan menyusun strategi untuk memperkuat militer. (REUTERS/AP/AFP/MON)

Tidak ada komentar: