Sabtu, 28 November 2009

Dubai World "Bangkrut"

AFP/KARIM SAHIB
Burj Dubai, gedung tertinggi di dunia, terlihat dalam gambar. Konstruksi belum rampung dan berbagai pekerjaan akhir masih terus dilakukan di gedung milik Dubai Wo r l d itu, yang terletak di Dubai, Uni Emirat Arab. Akan tetapi, kegagalan bayar utang oleh perusahaan pengembangnya mengancam kelanjutan konstruksi. Dubai World menyatakan akan menunda pembayaran cicilan utang, hasil pinjaman yang didapat dari sejumlah kreditor internasional, setidaknya selama enam bulan.
Dubai World "Bangkrut"
Perbankan dan Bursa Global Kembali Terguncang

Sabtu, 28 November 2009 | 03:34 WIB

London, Jumat - Pemulihan dari krisis finansial global yang disebabkan oleh surat utang di AS belum pulih benar. Namun, dunia kembali terguncang dengan pernyataan Dubai World, perusahaan investasi Dubai yang dipandang bonafide, karena meminta moratorium atas utang.

Perusahaan itu, Rabu (25/11), meminta kreditor internasional menghadapi pembayaran penundaan pembayaran cicilan utang sebesar 60 miliar dollar AS, setidaknya selama enam bulan ini. Perusahaan memiliki total utang sebesar 80 miliar dollar AS..

Ketika krisis finansial merebak tahun lalu, banyak pihak berpendapat kawasan Teluk dapat menjadi alternatif investasi yang cukup menguntungkan.

Saat Dubai World meminta penundaan pembayaran kewajibannya (standstill), sejumlah pihak langsung bereaksi negatif. Pasar finansial di beberapa negara kembali bergetar. Pasar saham di Asia dan Eropa langsung anjlok.

Dubai World menghadapi anjloknya pemesanan atas sejumlah bangunan properti yang dibangun, seiring dengan anjloknya daya beli global. Pembeli properti Dubai World pada umumnya adalah warga kaya dunia, termasuk politisi Barat dan aktor dan aktris besar Hollywood.

Kawasan Arab menikmati rezeki berlimpah dari minyak yang membuat kawasan itu mengalami booming ekonomi. Pengembangan properti pun marak di kawasan itu. Harga properti meroket selama empat tahun terakhir karena gencarnya iming-iming keuntungan. Hal itu membuat pasar jadi jenuh.

Pada hari Kamis (26/11), pasar saham di Eropa jeblok dan membukukan rekor penurunan terbanyak sejak April 2009. Indeks Nikkei Jepang turun 3,2 persen, Kospi Korea turun 4,6 persen, dan indeks Hangseng Hongkong turun 4,3 persen.

Pasar AS tutup karena hari raya Thanksgiving, sedangkan pasar saham di kawasan Teluk juga libur sehubungan dengan Idul Adha. Namun, pada hari Rabu bursa di Dubai anjlok tajam dan perdagangan saham sempat dihentikan.

Bursa di London juga langsung anjlok pada hari Jumat dan dihentikan selama 3,5 jam dengan alasan teknis. Perbankan Inggris termasuk pemasok utama kredit ke Dubai World.

Saham perbankan anjlok

Saham-saham perbankan, Jumat, anjlok karena investor khawatir bank bersangkutan memiliki piutang terkait dengan Dubai World, termasuk obligasinya.

Pelaku di pasar valuta asing juga melihat akan ada gerakan pada mata uang karena investor akan lebih sensitif terhadap risiko. Para investor menubruk mata uang aman seperti yen yang naik hingga ke titik tertinggi dalam 14 tahun terhadap dollar AS. Ini mengancam saham perusahaan eksportir Jepang.

Di antara utang Dubai World yang mengalami penundaan pembayaran adalah obligasi syariah sebesar 3,52 miliar dollar AS. Obligasi itu diterbitkan anak perusahaan Dubai World, Nakheel yang merupakan pengembang proyek permukiman prestisius bernama The Palm Islands.

Di kompleks yang dibangun di atas lahan reklamasi ini, David Beckham (pesepak bola Inggris) dan Brad Pitt (aktor AS) telah memesan rumah. Kompleks ini juga belum selesai dibangun dan diperkirakan akan gantung.

Utang lain yang juga diminta ditunda pembayarannya ialah obligasi syariah terbitan Limitless (juga afiliasi) sebesar 1,2 miliar dollar AS.

Berita soal Dubai World meningkatkan kekhawatiran mengenai keadaan utang di kawasan Teluk. Harga surat utang dari Abu Dhabi, Qatar, Arab Saudi, dan Bahrain naik hingga menyentuh dua digit, yang artinya risiko dianggap meningkat.

Eurasia Group, kelompok riset dari Washington, AS, menilai risiko makin meningkat bagi investor yang berinvestasi di Dubai. ”Kepercayaan investor terganggu,” demikian Eurasia Group.

Penguasa Uni Emirat Arab, Sheik Mohammed bin Rashid Al-Maktoum, menepis kekhawatiran orang. Dia mengatakan publik telah beraksi berlebihan.

Ketika ditanya tentang utang Dubai World dalam pertemuan dua bulan lalu, dia dengan penuh keyakinan mengatakan bahwa ”Kami baik-baik saja dan kami tidak khawatir.” Terakhir, pada awal bulan ini dia mengatakan kepada para pengkritik Dubai untuk ”tutup mulut”.

Sheik Ahmed bin Saeed Al Maktoum, Ketua Komite Tertinggi Anggaran Dubai, juga menyatakan penundaan pembayaran utang itu sudah direncanakan secara matang.

Para analis juga yakin pemerintahan Uni Emirat Arab tidak akan tinggal diam dalam kasus krisis Dubai World.

Bank Sentral heboh

Namun, banyak pihak menilai kasus Dubai World merupakan fenomena gunung es dari bubble and burst sektor properti di kawasan, mengikuti kejadian di AS. Ini julukan bagi sektor properti yang booming pada tahun-tahun pertama, kemudian terjerembap beberapa tahun kemudian.

Pekan lalu, Direktur Pelaksana IMF Dominique Strauss-Kahn mengingatkan, perbankan global belum menuntaskan separuh dari total kredit ke sektor perumahan global.

Bank sentral India, The Reserve Bank of India, akan meminta laporan dari perbankan di India mengenai kucuran kredit ke di Dubai World, sebagaimana Wakil Gubernur Bank of India Shymala Gopinath.

Bank sentral China, Bank of China, menyatakan tidak menyalurkan kredit ke Dubai World. UniCredit Italia dan Taiwan buru-buru menyatakan tidak memiliki piutang ke Dubai World.

Perbankan di Arab, Inggris, dan Eropa kini resah dengan kasus Dubai World, yang dianggap sebagai Lehman Brothers, perusahaan bank investasi AS yang bangkrut karena tidak bisa menutupi kewajiban.

Belum diketahui bagaimana krisis ini akan ditangani. Namun, banyak pihak yang memperkirakan konstruksi bangunan milik Dubai World akan terkendala. (AP/AFP/REuters/joe)