Kamis, 01 Januari 2009

Dinasti

Kesempatan Kedua bagi "Sang Putri Mahkota"


Sheikh Hasina (61) memiliki tempat khusus sebagai ”putri mahkota”. Dia adalah putri bapak pendiri sekaligus presiden pertama Banglades, Sheikh Mujibur Rahman. Sebagai ”putri mahkota”, Hasina harus melewati kompetisi keras melawan tokoh-tokoh politik Banglades yang sudah lebih dulu menanamkan pengaruh kuat di politik Banglades.

Hasina mengambil alih kepemimpinan Partai Liga Awami setelah ayahnya tewas dalam kudeta militer tahun 1975 bersama sebagian besar anggota keluarganya. Upaya keras membangun partai itu membuahkan hasil dengan tampilnya Liga Awami sebagai pemenang pada pemilu 1996. Ini tidak lepas dari fokus perjuangan partai pada liberalisasi ekonomi ketimbang sosial.

Namun, memimpin negara tidak bisa hanya dengan menyandarkan pada nama besar. Buktinya, Hasina menderita kekalahan telak pada pemilu 2001, dengan tampilnya Khaleda Zia dari Partai Nasionalis Banglades (BNP). Ketika itu, Khaleda mengkritik keras kepemimpinan Hasina yang membuat utang luar negeri Banglades meroket.

Pertarungan keras politik Banglades dirasakan Hasina. Pada Agustus 2004 sebuah granat dilemparkan ke sebuah rapat umum tempat dia hadir sebagai pembicara utama. Granat itu menewaskan 23 orang. Hasina lolos dari maut, tetapi kehilangan sebagian pendengaran.

Hasina pernah ditangkap dan ditahan pada Juli 2007 atas tuduhan korupsi, tetapi kemudian dibebaskan bersyarat pada Juni 2008. Dia baru kembali ke kediamannya pada awal November setelah mendapatkan pengobatan medis di Amerika Serikat.

Probisnis

Ketika memegang kekuasaan sebagai perdana menteri periode 1996-2001, Hasina mempraktikkan pendekatan probisnis. Dia juga keras memburu ekstremis Muslim dan menolak menjadikan Banglades negara Islam.

Namun, negara mengalami dampak krisis global. Banglades juga mengandalkan pendapatannya dari ekspor tekstil. Warga berpenghasilan kurang dari 1 dollar AS per hari sekitar 40 persen dari 140 juta penduduk. Harapan Hasina membangun ekonomi ada pada pemanfaatan cadangan batu baru dan gas alam Banglades yang potensial.

”Pemerintahan baru harus mengambil langkah yang diperlukan untuk mencegah kenaikan harga barang-barang pokok dan juga harus fokus memperbanyak pembangkit energi serta eksplorasi gas alam,” kata Serajul Islam Chowdhury, akademisi dan pengamat politik.

Untuk bisa melaksanakan pembangunan, Hasina harus mampu mencegah dan menangani aksi protes di jalan-jalan dan pemogokan yang pada masa lalu cukup marak. Dia harus mampu memerangi korupsi yang mewabah.

Meski ditahan karena tuduhan korupsi, saat berkampanye Hasina menyuarakan akan tegas memerangi korupsi. Hal itu bisa menutup alasan bagi intervensi militer dalam politik.

Jalan bagi pemerintahan Hasina jelas tidak akan mudah, tetapi ada sinyal positif mengiringi kemenangan Hasina dan prospek ekonomi Banglades, yaitu indeks pasar saham negara itu dibuka naik 1,3 persen dari sehari sebelumnya.

Rangkul BNP

Kemenangan Partai Liga Awami atas pesaing utamanya, BNP pimpinan Begum Khaleda Zia, memberikan kewenangan kuat terhadap pemerintahan baru. Akan tetapi, sejumlah pengamat mengkhawatirkan terjadinya ketidakseimbangan kekuasaan yang bisa menjerumuskan negara itu ke disfungsi politik.

Oleh karena itu, banyak pihak menyuarakan agar Hasina merangkul BNP sehingga kedua partai yang pernah bahu-membahu menjatuhkan diktator militer Hussein Muhammad Ershad itu bisa bekerja sama membangun Banglades. ”Ada sebuah bahaya dengan pemerintahan yang memegang mayoritas absolut,” ujar Manzoor Hasan, Direktur Institut Studi Pemerintahan di Dhaka.

Sejauh ini, masyarakat Banglades pun masih menunggu apakah BNP bisa menerima kekalahan memalukan itu. Seandainya partai itu menolak, Hasina kali ini lebih beruntung karena pihak militer sudah berkomitmen menjaga pemerintahan baru. (AP/AFP/Reuters/OKI)

Tidak ada komentar: