Kamis, 01 Januari 2009

Sheikh Hasina Menang


Bayangan Masa Lalu Menghantui Banglades 
 

Dhaka, Selasa - Ketua Partai Liga Awami sekaligus mantan Perdana Menteri Banglades Sheikh Hasina Wajed, Selasa (30/12), memenangi pemilihan parlemen setelah aliansi yang dipimpinnya menguasai lebih dari 75 persen jumlah kursi parlemen. Sejauh ini, aliansi Hasina menguasai 263 dari 300 kursi di parlemen.

Juru bicara Komite Pemilihan Parlemen, SM Asaduzzaman, menyatakan pihaknya belum selesai menghitung semua jumlah suara yang masuk. Namun, kubu Hasina dapat dipastikan menguasai suara mayoritas. Sementara kandidat pesaingnya yang juga mantan PM Begum Khaleda Zia (Partai Nasionalis Banglades/BNP) hanya berhasil menggaet 30 kursi. Puluhan mantan menteri pada saat Zia berkuasa kalah, termasuk pemimpin Partai Jamaat-e-Islami, Motiur Rahman Nizami.

Kandidat independen dan partai yang lebih kecil, seperti Partai Demokratik Liberal, hanya memperoleh 4 suara. Kemenangan Hasina ini berarti berakhirnya dua tahun kekuasaan pemerintah sementara yang didukung militer. Meski unggul, Hasina tetap meminta pendukungnya menunggu pengumuman resmi dari komite pemilihan. Ia juga meminta pendukungnya untuk tidak terburu-buru melakukan pesta kemenangan sebelum ada hasil resmi dari komite pemilihan. Hasina khawatir terjadi bentrokan antara pendukung Hasina dan Zia.

Meski pemungutan suara telah berlangsung aman, banyak pihak tetap khawatir adanya konflik antara pendukung Hasina dan Zia. Gejala konflik itu mulai muncul dengan protes dari kubu BNP.

Juru bicara BNP, Rizvi Ahmed, mengatakan, banyak terjadi pelanggaran selama pemungutan suara. ”Banyak pendukung kami yang tak boleh mencoblos. Begitu juga dengan para petugas di tempat pencoblosan. Mereka dilarang melakukan tugas,” ujarnya.

Ia menambahkan, ada dugaan kecurangan dan pemalsuan di 220 tempat pemungutan suara, termasuk petugas yang mendaftarkan nama calon pemilih yang palsu. Polisi-polisi juga dituding memaksa masyarakat untuk memilih kubu Hasina.

Hasina dan Zia adalah dua pemimpin politik yang selalu berselisih paham. Zia terpilih untuk menjadi PM pada 1991, sementara Hasina pada 1996. Zia terpilih lagi menjadi PM tahun 2001. Meski berselisih paham, keduanya berkampanye soal isu yang sama, yakni pemberantasan korupsi dan pengendalian inflasi. Salah satu hal yang membedakan mereka adalah Hasina tampak lebih sekuler dan liberal. Sementara Zia memiliki sekutu dari kelompok fundamentalis Islam.

Bayangan masa lalu

Perselisihan antara Hasina dan Zia dituduh menjadi penyebab lumpuhnya kehidupan politik di Banglades. Upaya perbaikan sistem dilakukan rezim pemerintah sementara. Bahkan, baik Zia maupun Hasina dijebloskan ke penjara tahun lalu atas kasus korupsi. Namun, Hasina dan Zia membantah tuduhan korupsi yang dicurigai bermotif politik itu. Zia dan Hasina lantas dibebaskan dengan uang jaminan dan langsung menduduki jabatan semula, yakni pemimpin dua partai politik terbesar di Banglades.

Meski pemilihan parlemen kali ini diharapkan demokratis, banyak pihak yang ragu akan hasilnya. Pasalnya, tidak ada ”wajah baru” dalam pemerintahan baru. Banyak yang khawatir pemilihan ini justru membawa bayangan masa lalu kembali. Zia dan Hasina gagal menyelesaikan berbagai masalah Banglades seperti korupsi.

”Sebenarnya, yang lebih bahaya sekarang adalah pemerintah yang menjadi mayoritas. Mereka bisa berbuat semaunya,” kata Direktur Institut Studi Pemerintahan di Dhaka Manzoor Hasan.(REUTERS/AFP/AP/LUK)

Tidak ada komentar: