Kamis, 11 Juni 2009

LEBANON


Politik Didominasi Keluarga Elite, Uang, dan Pembunuhan


AFP/PATRICK BAZ
Nadim Gemayel (27) yang anti-Hezbollah disambut pendukungnya setelah meraih kursi di parlemen Lebanon, Senin (8/6) di Beirut. Dia adalah salah satu anggota keluarga elite politik di Lebanon.
Kamis, 11 Juni 2009 | 03:30 WIB

Pemilu Lebanon, yang berlangsung hari Minggu (7/6), dimenangi kubu pro-Barat yang dikenal dengan nama kubu 14 Maret. Kubu ini meraih 70 kursi dari 128 kursi parlemen. Adapun kubu pro-Suriah-Iran, yang lebih dikenal dengan nama kubu 8 Maret, hanya meraih 52 kursi. Sisanya, 6 kursi, diraih kubu independen.

Para analis menyebut, faktor utama kekalahan kubu 8 Maret disebabkan kekecewaan rakyat terhadap aksi Hezbollah yang menggunakan jalan kekerasan untuk memaksakan kehendak politiknya dengan menduduki kota Beirut pada 7 Mei 2008.

Meski demikian, situs Aljazeera memberitakan, pemilu parlemen Lebanon kali ini juga diwarnai praktik politik uang yang sangat kental. Baik kubu 14 Maret maupun kubu 8 Maret sama-sama terlibat dalam praktik politik uang.

Seorang warga Lebanon yang berinisial S mengungkapkan, harga satu suara sepekan sebelum pemilu sekitar 250 dollar AS (Rp 2,5 juta) untuk kota Beirut. Harga suara sekitar sejuta rupiah untuk semua wilayah di luar kota Beirut.

Beberapa jam menjelang pemungutan suara, harga suara naik tajam mencapai Rp 5 juta di kota Beirut dan Rp 2,5 juta di luar kota Beirut. S mengungkapkan, seorang kandidat telah mengeluarkan dana sebanyak Rp 500 miliar untuk menjamin kemenangan.

Pemilu parlemen Lebanon memang sangat mahal walau mendapat perhatian regional-internasional yang cukup besar. Inilah salah satu sisi politik Lebanon.

Di sisi lain, politik Lebanon juga tak terlepas dari tradisi politik negara itu serta terimbas konstelasi geopolitik di Timteng akhir-akhir ini.

Ajang status sosial

Salah satu bagian dari tradisi politik di Lebanon adalah perannya sebagai ajang persaingan meraih status sosial. Politik adalah juga sebuah wadah untuk menjunjung dan mempertahankan gengsi di antara para keluarga elite politik. Hal ini telah berlangsung secara turun-temurun.

Di kalangan kelompok Kristen sudah dikenal keberadaan, antara lain keluarga politik Al Gemayel, Franjieh, Mouawad, dan Al Murr. Di kalangan Muslim dikenal ada keluarga Al Karami, Al Khos, dan Al Hariri.

Dari keluarga Al Gemayel, Mouawad, Franjieh, dan Al Murr kini sudah ada penerus yang bertarung dalam gelanggang politik.

Dari keluarga Al Gemayel ada Sami Al Gemayel (putra bungsu Pierre Al Gemayel, pendiri partai kanan Palangist) dan Nadim Al Gemayel (cucu Pierre Al Gemayel). Nadim adalah putra Bashir Al Gemayel yang adalah putra kedua Pierre Al Gemayel.

Dari keluarga Mouawad kini ada Michel Mouawad (putra Presiden Lebanon Rene Mouawad yang tewas tahun 1989).

Dari keluarga Franjieh kini ada Sulaiman Franjieh (putra Presiden Lebanon 1970-1976 Sulaiman Kabanan Franjieh).

Dari keluarga Al Murr kini ada Elias Murr yang kini menjabat menteri pertahanan (putra Michel Murr, mantan deputi PM Lebanon).

Dari keluarga Hariri (Muslim) kini ada Saad Hariri (putra mantan PM Lebanon Rafik Hariri yang tewas tahun 2004). Dari keluarga Karami, kini ada Omar Karami (saudara mantan PM Lebanon Rashid Karami).

Para keluarga politik tersebut sering menggunakan segala cara untuk meraih kursi parlemen atau jabatan eksekutif meskipun itu harus dilakukan dengan mengeluarkan uang. Apabila perlu, tujuan politik bisa dicapai dengan membunuh lawan politiknya dari keluarga pesaing.

Oleh karena itu, pemilu Lebanon menjadi sangat mahal dan negara itu juga tidak pernah sepi dari pembunuhan politik.

Lebih rumit lagi, para keluarga politik tersebut terseret ke dalam kepentingan politik regional dan internasional. Maka, muncullah kubu pro-Suriah-Iran dan kubu pro-Barat, Mesir, Arab Saudi.

Kubu 14 Maret yang dipimpin kubu Mustaqbal pimpinan Saad Hariri dikenal pro-Barat dan juga didukung Mesir serta Arab Saudi. Di kubu 14 Maret, terdapat Partai Sosialis Progresif pimpinan Walid Jumblatt, Partai Kekuatan Lebanon (Lebanon Force) pimpinan Samir Geagea, dan Partai Kristen Phalangis pimpinan Amin Gemayel.

Kubu 8 Maret yang dipimpin Hezbollah dikenal pro-Suriah-Iran. Di kubu 8 Maret itu terdapat Syiah Amal pimpinan Nabih Berri dan Gerakan Kebebasan Nasional pimpinan Michel Aoun (Kristen Maronit).

Hasil pemilu parlemen Lebanon tersebut dapat menimbulkan krisis politik baru di negara itu. Pasalnya, kubu oposisi, meski kalah, tetap meminta ikut dalam pemerintahan mendatang.

Anggota parlemen dari Hezbollah, Hassan Fadlallah, menegaskan, upaya untuk memonopoli kekuasaan hanya akan melahirkan krisis yang akan membelenggu rakyat Lebanon.

Kubu 14 Maret bisa menang secara politik. Namun, kubu 8 Maret dengan tulang punggung Hezbollah punya senjata yang bisa memaksakan kehendak seperti yang terjadi pada Mei 2008. Itulah Lebanon yang sering tidak rasional. (MTH)

Tidak ada komentar: