Tatar Sunda Berubah Wajah
Hasil Pemilu Legislatif 9 April 2009 kembali menguak terjadinya perubahan peta politik di Jawa Barat. Wilayah yang sebelumnya dikenal sebagai lumbung suara Partai Golkar dan PDI-P itu kini berlenggang ke Partai Demokrat. Dwi Erianto
Perubahan politik di Provinsi Jabar terekam dalam perjalanan pemilu pertama hingga Pemilu 2009. Saat pemilu pertama digelar tahun 1955, Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) meraih suara terbanyak. Pada Pemilu 1971 hingga 1997, Golkar sebagai partai yang berpatron dengan pemerintah berhasil mendominasi perolehan suara di provinsi ini.
Namun, saat pemilu pertama era reformasi tahun 1999, pilihan politik masyarakat kembali berubah, PDI Perjuangan (PDI-P) kali ini meraih suara terbanyak. Kemenangan PDI-P tak bertahan lama. Lima tahun kemudian, Golkar kembali menguasai perolehan suara dan menjadikan Jabar sebagai penyumbang suara Golkar terbesar tingkat nasional.
Komposisi pemenang Pemilu 2009 kembali menunjukkan perubahan peta politik Jabar. Daya tarik Partai Demokrat rupanya berhasil menggusur dominasi Golkar. Partai itu mampu menguasai seperempat bagian suara dari total pemilih di Jabar, atau menaikkan suaranya tiga kali lipat dibandingkan dengan Pemilu 2004. Perolehan tersebut juga diikuti melonjaknya calon legislatif dari Demokrat. Apabila sebelumnya hanya sembilan kursi yang dikirim ke Senayan, saat ini melonjak hingga 28 kursi DPR.
Apa yang menyebabkan perubahan dalam pilihan politik masyarakat bisa jadi tak lepas dari sikap pilihan yang dalam bahasa daerah disebut ”siger tengah”, yang berarti memosisikan diri berada di tengah atau tidak ekstrem. Dalam tataran politik praktis, ”siger tengah” acapkali terwujud dalam bentuk dukungan kepada partai yang identik dengan pemerintahan. Dalam hal ini, Demokrat agaknya diposisikan sama dengan Susilo Bambang Yudhoyono, yang juga kepala pemerintahan negeri ini. Kepada sosok yang melekat dengan partai itulah dukungan diberikan.
Meroketnya dukungan kepada Demokrat tak pelak menggerogoti suara Golkar. Pada Pemilu 2009, suara Golkar tergerus hampir separuhnya, yakni tinggal 14,3 persen. Tidak hanya itu, sebagian wilayah penguasaannya pun direbut PDI-P.
Adapun dari sisi perolehan suara PDI-P, memang pada pemilu saat ini tidak sebanyak pemilu sebelumnya, tetapi dari sisi penguasaan wilayah sebenarnya justru terjadi penambahan. Partai ini tidak hanya mampu mempertahankan basis konstituennya di wilayah pantai utara Jabar, tetapi mampu merebut daerah baru yang sebelumnya dikuasai Golkar, yakni Kabupaten Sumedang dan Kuningan.
Bagi partai lain, semacam PKS, perolehan suara mereka dalam pemilu kali ini relatif stabil. Namun, partai ini kehilangan Kota Bandung, Bekasi, dan Depok yang dikuasainya pada Pemilu 2004. Menjadi agak ironis tampaknya mengingat pada ajang pemilihan gubernur Jabar lalu partai ini mampu mengusung kandidatnya tampil menjadi pemenang.
Perubahan peta politik di Jabar dengan sendirinya mengubah pula sosok wakil rakyat yang terpilih. Tidak kurang dari dua pertiga wakil rakyat di Senayan merupakan sosok baru. Yang menarik, Jabar tergolong yang banyak menyumbangkan wakil rakyat dari kalangan artis. Dari 15 anggota DPR terpilih yang berlatar belakang artis, 8 orang di antaranya tercatat dari Jabar. Menurut Antropolog Universitas Padjadjaran, Kusnaka Adimihardja, terpilihnya caleg selebriti tak bisa lepas kultur Sunda yang menyukai figur pemimpin yang populer, disegani, berpenampilan gaya dan modis. Kultur itu agaknya bisa menjelaskan mengapa wajah baru dari caleg kalangan selebriti banyak terpilih di Jabar.
Di sisi lain, di Jabar juga menampilkan berbagai kejutan dengan komposisi perolehan suara yang ”jomplang”. Provinsi dengan jumlah pemilih 16.297.935 orang ini meloloskan R Adjeng Ratna Suminar sebagai peraih suara tertinggi di Jabar, yang meraih 67 persen suara dari batas bilangan pembagi pemilih (BPP). Namun, ada pula yang lolos ke Senayan dengan suara relatif kecil, yaitu Otong Abdurahman dari PKB, yang meraih meraih 7.133 suara (5 persen BPP). Sementara pemandangan lain pada kursi DPD menunjukkan, Ginandjar Kartasasmita meraih dukungan 3.031.471, yang sekaligus merupakan dukungan tertinggi dari seluruh nama yang bertarung dalam Pemilu 2009 ini.(Dwi Erianto/Litbang Kompas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar