Kemenangan Koalisi 14 Maret atas Koalisi 8 Maret dalam pemilu parlemen di Lebanon, hari Minggu lalu, melegakan AS dan negara-negara sekutunya.
Sejak semula masyarakat internasional melihat bahwa pemilu parlemen Lebanon hari Minggu lalu sebenarnya merefleksikan pertarungan dua kubu. Pertama, kubu AS, yang di dalamnya tergabung Mesir, Jordania, dan Arab Saudi yang sering disebut negara-negara pro-Barat. Kedua, kubu Iran dan Suriah.
Kubu AS mendukung Koalisi 14 Maret, yakni partai yang berkuasa, yang di dalamnya terdapat Partai Sosialis Progresif, Pasukan Lebanon Kristen, dan Partai Phalangis Kristen. Kubu Iran-Suriah mendukung Koalisi 8 Maret, yakni Hezbollah, gerakan Amal pimpinan Nabih Birri, Gerakan Patriotik Bebas pimpinan Jenderal Maichel Aoun.
Dengan kata lain, di dalam negeri, pemilu menjadi arena pertarungan antara Koalisi 14 Maret dan Koalisi 8 Maret. Akan tetapi, kedua koalisi itu sebenarnya ”memainkan” kepentingan negara-negara pendukungnya. Karena itu, hasil pemilu tidak hanya akan menentukan masa depan politik dalam negeri Lebanon, melainkan juga mempertajam hubungan internasional di Timur Tengah.
Sebelum pemilu, para pejabat AS sudah menyatakan bahwa bantuan militer kepada Lebanon akan dikurangi kalau Hezbollah dukungan Iran dan Suriah memenangi mayoritas di parlemen. Kemenangan Hezbollah juga akan mengganggu hubungan Lebanon dengan negara-negara Arab pro-Barat, seperti Arab Saudi, Mesir, dan Jordania.
Kemenangan Hezbollah, dalam pandangan AS, akan menaikkan pamor dan peran Iran di kawasan Timur Tengah, suatu hal yang tidak diinginkan AS. Meningkatnya peran Iran dan kuatnya Hezbollah di Lebanon akan berdampak tidak baik bagi Israel. Selain itu, meningkatnya peran Iran di Lebanon juga tidak diinginkan oleh Arab Saudi, Jordania, dan Mesir.
Fakta itu, di satu sisi, menunjukkan bahwa Lebanon menempati posisi penting dalam peta hubungan internasional di Timur Tengah. Akan tetapi, di sisi lain, apa yang terjadi memberikan gambaran betapa tidak ”berdaulat”-nya Lebanon.
Sungguh, ini sebuah ironi bahwa Lebanon yang bertahun-tahun dibelenggu perang saudara harus ”menyerah” pada kemauan negara lain. Akan tetapi, kita sedikit merasa lega mendengar pernyataan Saad Hariri dari Koalisi 14 Maret, ”Tidak ada yang menang dan kalah dalam pemilu lalu. Yang menang adalah demokrasi dan Lebanon.”
Ya, demokrasi telah memenangi pemilu di Lebanon. Rakyat telah memilih. Memilih untuk masa depan mereka yang lebih baik. Siapa pun pilihan rakyat, kiranya seperti yang dikatakan Michel de Chadarevian, anggota kelompok Aoun, ”Lebanon hanya bisa diperintah oleh pemerintah persatuan nasional.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar