Senin, 30 Maret 2009

Galang Dukungan bagi Presiden Sudan


Senin, 30 Maret 2009 | 04:26 WIB

Doha, minggu - Konferensi Tingkat Tinggi Negara-negara Arab yang akan dimulai hari Senin (30/3) di Doha, Qatar, akan menjadi ajang menggalang dukungan bagi Presiden Sudan Omar Hassan al-Bashir. Bashir kini buron menyusul perintah penangkapan dari Mahkamah Kejahatan Internasional di Den Haag pada awal bulan ini.

Dukungan negara-negara Arab terhadap Bashir menjadi sikap bersama setelah ketiadaan Saddam Hussein di Irak. Langkah ini untuk menghindari preseden bagi para pemimpin yang dituduh memerintah secara opresi oleh oposisi dan kelompok-kelompok hak asasi manusia.

KTT Arab juga diharapkan bisa lebih mengurangi jurang kesenjangan di antara negara-negara Arab. KTT juga membahas bagaimana menangani menguatnya pengaruh Syiah Iran.

Pemerintahan di negara-negara Arab berjuang untuk merespons cengkeraman politik Iran yang kian kuat. Invasi AS ke Irak tahun 2003 justru mendorong kelompok Syiah mencapai kekuasaan tertinggi di Iran.

Dua kubu

Negara-negara Arab belakangan ini semakin terbelah dalam dua kubu. Kubu negara-negara Arab yang menjadi sekutu AS, yaitu Arab Saudi, Mesir, dan Yordania, sedangkan kubu lainnya adalah negara-negara Arab yang kurang bersahabat dengan AS, yaitu Iran, Suriah, dan Qatar. Kalangan ini juga didukung pandangan populis di kalangan rakyat Arab bahwa kemenangan Hezbollah dan Hamas adalah sah dan menjadi respons atas Israel.

Rencana Qatar dan Liga Arab untuk menyelenggarakan KTT Arab di Doha itu sempat terganggu oleh keputusan mendadak Presiden Mesir Hosni Mubarak yang menolak hadir.

Namun, editor surat kabar Arab Saudi al-Watan, Jamal Khashoggi, meyakini, tidak ikutnya Mubarak tidak akan memengaruhi upaya yang dipimpin bersama oleh Mesir dan Arab Saudi untuk menyatukan kembali Hamas dengan Fatah pimpinan Mahmoud Abbas.

Arab Saudi sangat ingin berbaikan kembali dengan Suriah dan Qatar. Mereka mengkhawatirkan perpecahan Arab akan membuat Iran lebih berperan sebagai pejuang rakyat Palestina.

Arab Saudi yang memandang dirinya sebagai pemimpin Islam Sunni mengkhawatirkan AS akan mencapai kesepakatan bersejarah dengan Iran. Iran juga akan diakui sebagai sebuah kekuatan regional lainnya.

Indikasi ke arah itu telah disampaikan Presiden AS Barack Obama. Hal itu akan menjadi ancaman terhadap kekuasaan keluarga Al Saud. (Reuters/OKI)

Tidak ada komentar: