Jumat, 03 Juli 2009

IRAN Reformis Tolak Akui Ahmadinejad

Mustafa Abd Rahman

Teheran, Kompas - Tiga kekuatan politik yang kini menjadi tulang punggung kubu reformis, yaitu partai ”Kalimat Hijau” pimpinan Mir Hossein Mousavi, ”Front Partisipasi” pimpinan Reza Khatami (adik kandung mantan Presiden Muhammad Khatami), dan ”I’timad” pimpinan Mehdi Karroubi, pada Kamis (2/7) menyatakan menolak hasil pemilu presiden 12 Juni.

Kubu reformis akhirnya memberi pernyataan tersebut setelah tiga hari berdiam diri, menyusul keputusan Dewan Garda Konstitusi pada Senin lalu yang memenangkan secara resmi Mahmoud Ahmadinejad dalam pemilu 12 Juni itu. 

Di Teheran, aparat antihuru- hara dan Basij (milisi loyalis revolusi) bersiaga di tempat-tempat strategis, seperti alun-alun Azadi, Haf-e-tir, alun-alun Imam Khomeini, dan alun-alun Enkilob. Pendukung Mousavi biasanya melakukan aksi protes di tempat-tempat tersebut.

Para analis menyebut, kubu reformis secara politik kini mengalami pelemahan setelah Hashemi Rafsanjani cenderung menerima keputusan Dewan Garda itu.

Rafsanjani yang mendukung posisi strategis di pemerintahan, sebagai Ketua Dewan Pakar dan Ketua Dewan Penentu Kemaslahatan Pemerintah, selama ini menjadi pendukung kuat Mousavi. Sebaliknya, kubu reformis mengandalkan Rafsanjani, berjuang dari dalam pemerintah untuk kepentingan kubu reformis.

Reformis menolak

Kubu reformis tolak mengakui legalitas hasil pemilu presiden 12 Juni dan selanjutnya menolak mengakui Ahmadinejad sebagai presiden Iran. Kubu reformis juga menolak melakukan komunikasi dengan Ahmadinejad.

Kubu Reformis menyebut, pemilu 12 Juni lalu sebagai aksi kudeta militer yang dipersiapkan sejak setahun lalu, yang merugikan legitimasi institusi negara, di dalam dan di luar negeri.

Menurut kubu reformis, waktu belum berakhir untuk melakukan aksi protes, tetapi masih mencari waktu yang tepat untuk melanjutkan aksi protes itu.

Kubu reformis mengimbau personal, partai, dan kekuatan politik pro reformis mencegah melakukan aksi yang bisa dijadikan dalih oleh pemerintah untuk melancarkan aksi kekerasan terhadap pelaku aksi protes, sehingga malah semakin memperkuat perilaku diktatornya.

Reformis menuduh sayap radikal dalam kubu konservatif ingin memaksakan status quo, menutup buku soal pemilu, dan menyebarkan Basij dalam jumlah banyak di kota-kota besar Iran.

Kubu reformis mengklaim, kubu konservatif kini menekan sedemikian rupa pada Mousavi dan Karroubi agar menerima hasil pemilu 12 Juni, tetapi mereka menolak keras tekanan itu.

Kubu reformis mengungkapkan, pihaknya kini tengah melakukan konsultasi intensif guna membahas langkah ke depan. Ditegaskan, kubu reformis bertekad terus melakukan aksi protes dan menganggap pertarungan belum selesai. Adapun Mousavi dalam situsnya menegaskan, pemerintahan Ahmadinejad mendatang tidak sah menurut sebagian besar rakyat Iran.

”Waktu belum berakhir. Kewajiban historis kita adalah melanjutkan aksi protes untuk membela hak rakyat. Namun, kewajiban kita juga adalah mencegah gugurnya ratusan ribu rakyat sehingga bisa mengantarkan Iran menjadi negara polisi,” bunyi situs Mousavi.

Tidak ada komentar: