Jumat, 03 Juli 2009

Honduras Micheletti Tuding Chavez Mengompori Krisis

Tegucigalpa, Kamis - Pemimpin sementara Honduras pada Kamis (2/7) menolak tekanan untuk mengizinkan kembalinya presiden terguling, Manuel Zelaya, dan menuduh Presiden Venezuela Hugo Chavez mengompori krisis yang kini telah memasuki hari kelima itu.

Dalam krisis terburuk di Amerika Tengah dalam satu dekade, Zelaya digulingkan oleh militer dan diterbangkan ke Kosta Rika pada hari Minggu pagi setelah dia membuat berang lawan-lawannya dengan rencana mengubah konstitusi untuk mencabut batasan masa jabatan presiden.

Roberto Micheletti, yang ditunjuk Kongres untuk menggantikan Zelaya hanya beberapa jam setelah digulingkan, berupaya keras mendapatkan dukungan internasional untuk pemerintahannya, tetapi berbagai pemerintah di kawasan itu mendesak agar Zelaya dikembalikan.

Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) memberi Micheletti batas waktu sampai hari Sabtu untuk minggir dan mengembalikan Zelaya ke jabatannya, atau Honduras diskors dari organisasi itu. Pemerintah Obama menghentikan operasi militer gabungan, dan Perancis, Spanyol, Italia, Cile, serta Kolombia memanggil pulang duta besar mereka pada hari Rabu.

Kritik terkeras datang dari Chavez, yang telah mengimbau rakyat Honduras untuk bangkit melawan ”pemerintah gorila” dan bertekad melakukan segala yang mungkin untuk menggulingkan itu dan mengembalikan kekuasaan pada sekutunya Zelaya.

Pemimpin sementara Honduras pada hari Rabu menyerang balik kritik asing itu, dengan menuduh Chavez memperburuk masalah Honduras.

”Chavez telah punya campur tangan yang jelas dalam situasi yang sedang dijalani Honduras,” kata Micheletti.

Hari Minggu, hari terjadinya kudeta, Micheletti mengatakan dukungan Zelaya pada Chavez, dan sebaliknya, ada di pusat masalah. Waktu itu Micheletti mengatakan bahwa Zelaya akan diterima dengan tangan tebruka untuk kembali ke Honduras sebagai warga biasa dengan satu syarat, ”Tanpa dukungan Hugo Chavez, kami akan menerima dia dengan tangan terbuka.”

Pada hari Kamis, dalam wawancara dengan AFP, Micheletti mengatakan, ”Kami tidak menegosiasikan apa pun.”

”Kami tak bisa mencapai kesepakatan karena ada perintah untuk menangkap mantan Presiden Zelaya di sini untuk pelanggaran-pelanggaran yang dilakukannya ketika dia seorang pejabat,” katanya di istana kepresidenan.

Sementara itu, Zelaya menunggu waktu di Panama di mana dia menghadiri pelantikan presiden negara itu. ”Kami akan menunggu 72 jam agar proses ini berjalan,” katanya merujuk ultimatum OAS. (AP/AFP/Reuters/DI)

Tidak ada komentar: